Makna “Prestise” Sosial Para Ahli Waris Dalam Pelaksanaan Tradisi Slametankematian Di Banyumas
DOI:
https://doi.org/10.52829/pw.305Keywords:
Social class, Javanese community, social prestige, slametanAbstract
Penelitian ini memfokuskan pada “prestise” sosial yang muncul dalam pelaksanaan tradisi slametankematian yang dilakukan oleh para ahli waris. Tujuan penelitian ini adalah; (1) mengetahui struktur sosial masyarakat Desa Tlaga (2) mengetahui alasan para ahli waris menjadikan slametan kematian sebagai tradisi yang harus dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian berada di Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural serta konsep prestise sosial dari beberapa ahli. Hasil penelitian menunjukkan, (1) adanya perbedaan kelas di masyarakat yang terbagi berdasarkan status sosial yang dimiliki. Kelas sosial di masyarakat dibagi menjadi tiga yakni kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas. Perbedaan kelas di masyarakat juga mengakibatkan perbedaan perilaku dan sikap terhadap anggota masarakat dari masing-masing kelas, (2) masyarakat melakukan slametankematian sebagai wujud tanggung jawab terhadap anggota keluarga yang telah meninggal. Slametankematian dilakukan oleh para ahli waris sesuai dengan pelaksanaan yang ada di masyarakat pada umumnya. Slametan kematian merupakan sebuah bukti dari fungsi keluarga serta dapat memunculkan prestise sosial masing-masing ahli waris berdasarkan kelas sosial di masyarakat untuk mendapatkan pengakuan sebagai bagian di masyarakat.
Downloads
Published
30-08-2020
Issue
Section
Articles
Citation Check
License
Copyright (c) 2021 Listyana Nur Kholifah, Nugroho Trisnu Brata
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.