PERDAGANGAN ORANG BUGIS DI KAWASAN TELUK TOMINI MASA KOLONIAL BELANDA

Authors

  • Hasanuddin Anwar

DOI:

https://doi.org/10.52829/pw.41

Keywords:

Bugis, Trading, Tomini Bay, Dutch Indies Government

Abstract

Perdagangan orang Bugis di kawasan Teluk Tomini didorong karena tradisi yang kuat tentang sompeq (merantau). Pedagang dan perantauan Bugis keluar mencari kekayaan dan kejayaan di kawasan Teluk Tomini. Mereka dengan perahu tradisionalnya menjadi urat nadi bagi kehidupan perekonomian di kawasan Teluk Tomini, sampai di pedalaman melalui pelayaran pantai dan sungai. Komoditas utama adalah emas, bijih besi, budak, sisik penyu, teripang, kayu cendana, kopra, damar, dan rotan. Barang dagangan tersebut dipasarkan ke Ternate, Singapura, dan Makassar. Masa kekuasaan VOC kemudian Pemerintah Hindia Belanda telah menjadi persaingan pedagang Bugis untuk memperebutkan produk emas dan budak, walaupun dikeluarkan kebijakan untuk mempersempit usahanya tetapi pedagang Bugis tetap menguasai perdagangan, utamanya emas dan budak. Faktor ini menyebabkan munculnya perkampungan-perkampungan Bugis, dan beberapa di antaranya berhasil dikuasainya. Secara de facto pedagang Bugis memegang hegemoni politik dan ekonomi di kawasan Teluk Tomini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yaitu studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah, dengan menguraikan suatu peristiwa ke dalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami peranan pedagang Bugis dalam jalur perdagangan dan kekuasaannya di kawasan Teluk Tomini.Bugis trading in Tomini bay region was done in supporting of tight tradition about sompeq (wander about). Merchant and sompeq of Bugis leave their land to seek for welfare and glory in Tomini Bay. They used traditional ship that became the core of economical life in Tomini Bay through beach and river sailing. The importance commodity was produced mostly by merchant communities such as gold, slave, and scale of turtle, tripang, yellow sandalwood, copra, resin, and rattan. Those commodities were marketed to Ternate, Singapore, and Makassar. VOC reign and then Dutch Indies had been rivals for Bugis merchants in selling gold and slave. Although there was a policy for Bugis traders to limit their activities, but Bugis traders still held and mastered in trading, particularly for gold and slave. This factor stimulated emerge of Bugis districts and some of them were colonized. Bugis traders held political hegemony de facto and economy in Tomini Bay. This research was conducted using library research and analytical description method by describing events to their parts in understanding the role of Bugis traders in trading line and their power in Tomini Bay.

References

Arsip yang Diterbitkan

Kartodirdjo, S., dkk., (1973). Ikhtisar Keadaan Politik Hindia Belanda Tahun 1839-1848. Penerbitan Sumber-Sumber SejarahNo. 5. Jakarta:ANRI.

Artikel/Buku

Andaya, L. Y., (2015). Dunia Maluku Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Asba,A. R., (2007). Kopra Makassar Perebutan Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di Indonesia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dick, H.W., (1975). "Perahu Shipping in Eastern Indoesia", dalam Bulletin of Indoensian Economic Studies II.2, him. 69-107.

Dormeier, J.J., (1947). "Banggaisch Adatrecht", dalam Verhandelingenvan het Koninklijk lnstituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (VKI), VI. 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Haga, B.J., (1931). De Limo-pahalad (Gorontalo): Volksordening, adatrecht en bestuiirspolitiek, LXXI. Bandoeng:A.C Nix & Co.

Hart, C. Van der., (1853). Reize rondom het eiland Celebes en naar eenige der Moluksche eilanden.„s Gravenhage: K. Fuhri.

Hasanuddin dan Basri Amin, (2012). Gorontalo Dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Henley, D., (2005). Fertility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and CentralSulawesi, 1600-1930.Leiden: KITLV.

Hoevel, G.W.W.C Baron van, (1891). "Onder Rechtstreeksch Bestuur Is Gebracht", De Assistant-Residentie Gorontalo. Leiden: E.J Brill.

Hoevel, G.W.W.C Baron van, (1893). "Tojo, Posso en Saoesoe", dalam Tijdschrijt voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde (TBG),XXXV.

Hoevell, W.R. van, (1850). "Lets Over de Goudgraverijen in de Residentie Menado", dalam Tijdschrijt voor Nederlandsch-Indie (TNI),Vol. 12.

Juwono, H. dan Yosephine Hutagalung, (2005). Lima Lo Pohalaa: Sejarah Kerajaan Gorontalo.Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Lapian, A. B., (2011). Orang Laut, BajakLaut, RajaLaut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX.Jakarta: Komunitas Bambu.

Mu'jizah, (2009). Iluminasi: dalam Surat-Surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Nourse, J. W., (2005). "Sawerigading Di TanahAsing: Mitos I La Galigo", dalam Tapak-Tapak Waktu.Makassar: Inninawa.

Pelras, C., (2006). Manusia Bugis. Jakarta: Nalar Forum Jakarta-Paris Paris Ecole francaise d.Extreme-Orient. (Translation of The Bugis. Oxford: Blackwell, 1996).

Poelinggomang, E. L., (2002). Makassar Abad XIX. Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim.Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Rahman, N., (2006). Cinta, Laut, dan Kekuasaan: Dalam Epos La Galigo. Makassar: La Galigo Press.

Riedel, G. J. F., (1870). "Het landschappen Holontalo, Limoeto, Bone, Boalemo en Katinggola of Andagile: geographische, statistische, historische en ethnographische aanteekeningen", dalam Tijdschrijt voor Indische Taal-, Landen Volkenkunde (TBG),XIX, him. 46-153.

Riedel, G. J. F., (1870). "De Vestiging Der Mandaren in de Tomini-Landen", dalam Tijdschrijt voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde (TBG),XIX, him. 555-564.

Ricklefs, M.C., (2009). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Rosemberg, C.B.H von, (1865). Reistogten in de afdeeling Gorontalo. gedaan op last der Nederlandsch Indische regering.Amsterdam: Muller.

Tobing, Ph. O.L., (1977). Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa. Ujung Pandang:Yayasan Kebudayaan Sulawesi.

Velthoen, E., (2010). "Pirates in the Periphery: Eastern Sulawesi 1820-1905", Pirates, Ports, And Coats In Asia (Historical and Contemporary Perspectives). John Kleinen dan Manon Osseweijer (ed.). Series on Maritime Issues and Piraty in Asia. Singapore:

IIAS/ISEAS.

Veth, P.J., (1870). "De Zeeroverij in den Indischen archipel, Als Een Bijzondere Vorm van de heilige Oorlog Tegen Ongeloovigen Berschouwd", dalam Tijdschrijt voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde (TBG),I.

Surat Kabar

"Theorie en Praktijk", dalam DeJava Bode,tanggal 19 Juni 1890, lembar ke-1.

"Gorontalo", dalam Soerabajasch Handelsblad, 29 Oktober 1902, lembar ke-1.

Internet

"Limits of Oceans and Seas, 3rd edition". International Hydrographic Organization, 1953. https://epic.awi.de/29772/l/IHO1953a.pdf. Diakses tanggal 22 Januari 2016.

Published

07-03-2018

Issue

Section

Articles

Citation Check