TEMU: MAESTRO GANDRUNG DARI DESA KEMIREN BANYUWANGI

Abstract

Artikel ini berbicara tentang biografi Temu, seorang tokoh seni gandrung yang berasal dari Kemiren, Glagah, Banyuwangi. Kesenian gandrung tersebut termasuk seni pertunjukkan rakyat. Oleh kalangan masyarakat Banyuwangi Temu dianggap identik dengan gandrung dan dianggap sebagai seorang maestro gandrung. Kemampuannya menari, nembang, dan menyampaikan wangsalan dimiliki oleh Temu dengan ditambah ciri khas suara Temu yang unik. Suara Temu melengking tinggi dengan gaya khas Using menjadikan suara Temu menghiasi beberapa isi VCD maupun DVD. Pada masa awal perkembangan rekaman kaset suara Temu termasuk yang awal menghias pita rekaman. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengapa Temu terus mendedikasikan dirinya untuk gandrung? Dengan pertanyaan utama itu maka sekaligus menjawab tentang siapa Temu dan apa saja kiprahnya. Biografi Temu ditulis dengan menggunakan metode sejarah, dengan melihat kiprah Temu sejak kecil hingga saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian menemukan Temu mendedikasikan dirinya kepada seni gandrung dengan terus melakukan aktivitas yang terkait dengan gandrung, yakni pergelaran dan melatih para calon gandrung. Gandrung bagi Temu adalah ladang penghidupan dan sekaligus untuk ekspresi diri. Beberapa penghargaan di tingkal lokal hingga nasional pernah di raih Temu, perempuan yang tidak tamat sekolah dasar. Temu pun berhasil tampil dari panggung hajatan warga hingga acara di Taman Ismail Marzuki serta di panggung Frankfrut, Jerman. Untuk melestarikan dan mewariskan kemampuaannya menjadi gandrung, Temu mendirikan sebuah sanggar yang diberi nama “Sopo Ngiro”. Sanggar tersebut diharapkan dapat menjadi persemaian para calon penerus gandrung dan Temu berharap menemukan penerusnya dari sanggar tersebut.This article is discussing about biography of Temu, a gandrung artist who comes from Kemiren, Glagah, Banyuwangi. The gandrung art belongs to a folk art. People in Banyuwangi acknowledge Temu to be identical to gandrung art and is regarded a maestro of gandrung. Temu was able to dance, nembang, and deliver wangsalan with her unique style. Temu has a high pitch voice with Using style recorded to some VCDs and DVDs. Also, Temu contributed to the development of tape cassette recording as the pioneer of that recording. The topic which will be discussed in this research is why Temu keeps dedicating herself to gandrung. The main question will also answer who Temu is and what her contributions are. Biography of Temu is written using historical approach by looking at the early life of Temu until the research is being done. The result of the research finds that Temu is dedicating herself to gandrung art by keeping doing activity which relates to gandrung, that are shows and teaching gandrung art. For Temu, gandrung are a means of earning money and also a self-expression. Temu has got some achievements from local until national level although she was not graduated in Elementary School. Temu also managed to perform in Taman Ismail Marzuki and in Frankfurt, Germany. For preserving and handing down her ability, Temu established a studio which is named “Sopo Ngiro”. The studio is expected to be able to recreate successors of gandrung art and Temu hopes to find them in her studio.
https://doi.org/10.52829/pw.80
PDF (Bahasa Indonesia)

References

Anoegrajekti, N., 2006. “ Gandrung Banyuwangi Pertarungan Pasar, Tradisi dan Agama Memperebutkan Representasi dentitas Using”. Disertasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Anoegrajekti, N., 2011. “Gandrung Banyuwangi Kontestasi dan Representasi Identitas Using”, Humaniora Volume 23, Nomor , edisi Febuari 2011.

Berkhofer, R.B. Jr., 1969. A Behavioral Approach to Historocal Analysis. Nwe York: The Free Press.

Caturwati, E., 2011. Sinden-Penari Di Atas dan Di Luar Panggung. Kehidupan Sosial Budaya Para Sinden Penari Kliningan Jaipongan di Wilayah Subang Jawa Barat. BandungYogyakarta: SunanAmbu STSI Press Bandung bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. Dewan Kebudayaan Banyuwangi, Gandrung Banyuwangi.

Fu'ad, Z. 2008 Menulis Biografi,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartodirdjo, S., 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Kartodirdjo, S., 2013. “ Pergerakan Sosial Dalam Sejarah Indonesia” dalam Sartono Kartodirdjo dkk, Sejarah Sosial Konseptualisasi, Model dan Tantangannya. Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijiyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

__________, 2003. Metodologi Sejarah.Yogyakarta: PT. Tiara Wacara.

Nurhajarini, D. R., 2013. “ Temu: Sang Pelestari Seni Gandrung” dalam Biografi Tokoh Seni. Pengantar: Suhartono Wiryopranoto. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya

Nursam, M., 2002. Pergumulan Seorang Intelektual. Biografi Soedjatmoko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

___________, 2008. Membuka Pintu Bagi Masa Depan. Biografi Sartono Kartodirjo. Jakarta: Kompas.

Rosyid, M., 2008, Samin Kudus: Bersahaja di Tengah Aslokisme Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Samidi, 2006. “Teater Tradisional Di Surabaya 1950-1965: Relasi Masyarakat Dan Rombongan Seni” Humaniora.Volume. 18 No. 3 Oktober. Halaman 236- 245.

Scholte, J., 1927. “Gandroeng van Banjoewangie”. Djawa, VII.

Simatupang, L., 2013. “Mengkaji Penonton Pergelaran dan Ruangnya” dalam Lono Simatupang Pergelaran Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

Singodimayan, H., 2003. Kerudung Santet Gandrung. Depok: Desantara